Selasa, 20 September 2011

TAUBAT KIAI MANTAN PREMAN (proposal)

A.    Judul
taubat Kiai mantan preman:
Transformasi Kepribadian Yono Menyan dari Semarang ditinjau dari Psikoterapi Islam

B.     Latar Belakang Masalah
Agama dan ilmu pengetahuan, keduanya muncul sebagai alternatif solusi yang menjawab permasalahan kehidupan manusia. Dalam usulan penelitian ini, pengusul berupaya mengkawinkan keduanya, antara agama, yang diwakili ilmu tasawuf dan psikologi. Perkawinan keduanya diharapkan mampu menguak suatu realitas, sehingga menampilkan facade keilmuan yang lebih multidimensional. Realitas kasus pertaubatan yang dilakukan Yono Menyan, diharapkan dapat menjadi salah satu contoh keberhasilan perkawinan kedua disiplin ilmu tersebut. Realitas di atas dapat didekati dengan tasawuf, mengingat taubat adalah bagian dari tasawuf, bahkan dalam maqamat thariqat, taubat merupakan pintu masuk yang mendasar dalam menapaki tangga-tangga tasawuf menjadi insan yang sempurna (insan kamil)[1]. Sedangkan psikologi diharapkan dapat mengkaji realitas di atas (pertaubatan) dari sudut pandang mental dan kejiwaan. Sosok Yono Menyan[2] (subjek penelitian) dapat menjadi kasus riil tentang perubahan kepribadian yang dapat dilihat dari sudut pandang psikologi maupun tasawuf, mengingat taubat yang dilakukannya melalui jalan tasawuf (tarekat) yang berkaitan dengan transformasi kepribadian.
Pembentukan karakter dirinya menjadi preman terbentuk sejak masa remaja, ketika ia melawan dan menghajar tiga orang kakak kelasnya yang melakukan pemalakan dan pengeroyokan atas dirinya. “Kebolehannya” tersebut menghantarkan dirinya ke dalam berbagai kasus kekerasan lain dalam dunia preman, bahkan berulang kali ia berada dalam tahanan kepolisian. Sebagaimana preman lainnya, Yono Menyan juga terlibat aksi kenakalan remaja, seperti: ”nge-gank”, perkelahian, pemalakan, pesta minuman keras dan sex luar nikah. Pada tahun 1987 ia bersama teman-temannya mendirikan Gank MANFRUS, oleh karena itu pula ia mempunyai julukan lain sebagai ”Yono Manfrus”. Meskipun demikian dalam menjalankan aksi premannya, Yono Menyan sering ’beroperasi’ seorang diri (tidak mengatasnamakan gank-nya). Aksi ’solitaire’-nya ini dilakukan dalam berbagai hal, seperti: melakukan perusakan, penganiayaan ataupun melakukan penaklukan atas gank-gank lain. Karena keberaniannya itulah ia seringkali dimintai bantuan berbagai pihak lain (termasuk gank preman lain) bila terjadi perselisihan dan tawaran itu tidak pernah ditolaknya. Sebagai preman yang senantiasa berhadapan dengan kekerasan, ia melambari dirinya dengan aneka kemampuan magis ’jadugan’ seperti kekebalan, dan pukulan menjatuhkan lawan, dsb.[3]
Setelah menikah dan mempunyai anak, karakter premannya mulai meredup, meski secara simultan kembali kambuh. Ia sendiri (Yono Menyan) ingin meninggalkan dunia preman dan kekerasan. Cara yang ia tempuh untuk mencapai hal tersebut dengan bekerja. Pekerjaan yang pernah ia jalani yakni buruh, pengaman trayek bus, bodyguard dan Satpam. Meski telah bekerja, karakter kekerasan dalam dirinya tidak serta merta hilang. Ia sendiri mengamati bahwa dalam setahun paling tidak 2 (dua) kali ia secara tidak sadar kembali terlibat aksi kekerasan mengingat teman-teman (sesama preman) masih berkumpul dan mengajaknya melakukan aktivitas preman (minuman keras, pemalakan atau  penganiayaan).[4] 
Perjalanannya sebagai preman mengalami titik balik ketika ia terlibat suatu kasus kekerasan dan ia dalam pengejaran polisi (buron). Meskipun sempat beberapa kali melarikan diri dan sembunyi, ia merasa hal tersebut bukanlah solusi, melainkan “lari dari masalah”. Padahal saat itu, ia telah memiliki seorang istri dan dua anak yang harus dinafkahi. Dalam pengejaran tersebut, ia akhirnya memutuskan untuk menyelesaikannya. Melalui perenungan mendalam, ia memikirkan cara penyelesaian yang baik, dengan berpaling kepada Tuhannya. Pilihan cara tersebut ia pilih dilandasi dengan asumsi/anggapan bahwa Allah adalah sebaik-baiknya penyelesai masalah. Untuk itu ia melakukan kegiatan ritual keagamaan seperti: merenung dan berdoa, dengan memohon ampunan atas dosa dan kesalahannya (taubat), di samping bersilaturahmi ke ulama’ dan majelis pengajian.[5] Singkat cerita perjalanan taubatnya tersebut membawanya menjadi tokoh agama yang menjadi anutan bagi pengikutnya.
Transformasi status sosial dari preman menjadi kiai diasumsikan sebagai perubahan yang sulit, dikarenakan perubahan tersebut bukan sekedar perubahan status sosial, melainkan menyangkut perubahan kepribadian. Preman identik dengan aktivitas immoral. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan preman[6] sebagai sebutan kepada orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dan sebagainya). Sedangkan Kiai[7] adalah sebutan bagi alim ulama (cerdik pandai dalam agama Islam). Kesulitan peralihan kepribadian dan status sosial tersebut terlihat pada 2 (dua) hal. Pertama, anggapan klasik yang menganggap kepribadian (trait) cenderung bersifat menetap atau stabil. Kedua, tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Fuad dkk[8], yang mengungkapkan masih kuatnya resistensi penerimaan masyarakat terhadap ulama yang mempunyai track record masa lalu yang kelam (pemabuk, pezina, perampok, penganiaya, dsb). Namun dalam penelitian tersebut, juga diungkap bahwa terdapat beberapa narasumber yang mengkesampingkan hal tersebut sebagai kriteria ulama’, dengan syarat pelaku telah bertaubat[9]. Lembaga taubat inilah yang menurut hipotesa pengusul dapat menjadi pintu masuk terjadinya transformasi kepribadian dan transformasi sosial.
Di banding Jhony Indo, Anton Medan, ataupun Jefri Al-Bukhori, sosok Yono Menyan dipandang kurang ’beken’ dari ketiga nama di atas yang juga sama-sama telah melakukan transformasi status sosial sekaligus kepribadian dari preman atau pecandu yang mempunyai masa lalu kelam berubah menjadi kiai. Namun pilihan untuk memilih sosok Yono Menyan sebagai subjek penelitian ini dengan argumentasi berikut: (a) taubat yang dilakukan Yono Menyan melalui dimensi spiritual tasawuf, hal ini ditandai keaktifannya menjalankan ritual dalam tarekat dalam upaya taubatnya; (b) latar belakang diri dan keluarga Yono Menyan berasal dari kalangan ”Islam Abangan” (bukan dari kalangan santri atau kiai); (c) keunikan karakter Yono Menyan ketika masih menjadi preman, dikenal akan sikap solidaritasnya yang tinggi sehingga memberi proteksi moral bagi kelompoknya, keteguhannya memegang prinsip (pendirian), juga karena keberanian, pezina dan aksi kekerasannya yang ”heroik”; (d) keunikan dirinya ketika menjadi kiai, yang sangat memperhatikan kesejahteraan jamaahnya meski kondisi diri dan keluarganya sendiri masih jauh dari ”mapan”[10]; dan (e) kedekatan personal antara peneliti dengan subjek penelitian (pertemanan). Peneliti telah melakukan pertemanan dengan subjek penelitian sejak tahun 2004 dan mulai akrab 2 (dua) tahun berikutnya (sejak Tahun 2006).
Usulan penelitian ini berusaha menguak peran institusi taubat dalam Islam berikut perjalanan taubat yang dialami oleh sosok Yono Menyan, yang menghantarkan dirinya dalam perubahan status sosial dan kepribadian. Elaborasi atas institusi taubat tersebut sangat penting, mengingat institusi taubat merupakan pintu masuk terjadinya transformasi kepribadian. Selain hal tersebut usulan penelitian ini juga mengkaji aspek-aspek psikologis dan tasawuf yang dialami subjek penelitian dan orang-orang sekelilingnya, sehingga mempengaruhi dirinya dalam melakukan perubahan kepribadian.

C.    Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti ingin mengangkat rumusan masalah sebagai berikut:
Pertama, Siapa dan bagaimanakah sosok Yono Menyan? Perumusan masalah yang pertama tersebut ditujukan untuk mengenal kehidupan Yono Menyan dari kecil, persentuhan dengan dunia preman, proses transisi (taubat) dan pasca taubat. Perumusan masalah yang pertama ini ingin menjelaskan bahwa fenomena sosok Yono Menyan dengan keunikannya patut diangkat dalam penelitian.
Kedua, perubahan karakter kepribadian apa saja yang terjadi dalam diri pribadi subjek penelitian setelah melakukan prosesi taubat dan kemana arah transformasi kepribadian Yono Menyan? Permasalahan kedua ini sangat penting dirumuskan untuk melihat capaian-capaian yang dilakukan subjek penelitian dalam melakukan transformasi kepribadian, sehingga akan terpaparkan perubahan-perubahan karakter (trait) kepribadian yang dilalui subjek penelitian, sesudah melakukan proses taubat sekaligus melihat arah transformasi karakternya. Urgensitas lain atas permasalahan ini adalah status sosialnya sekarang (sebagai kiai) yang mengarahkan jamaahnya untuk melakukan transformasi kepribadian sebagaimana dirinya. Langkah ini diindikasikan bahwa subjek penelitian akan mereproduksi pemahaman akan transformasi kepribadian yang dialaminya.
Ketiga, hal-hal apa yang mempengaruhi subjek penelitian sehingga melakukan prosesi taubat yang menghantarkannya pada transformasi kepribadian? Pemunculan perumusan masalah yang ketiga ini diarahkan agar tergambar dengan jelas hal-hal yang melatarbelakangi subjek penelitian untuk melakukan taubat.
Keempat, bentuk taubat seperti apa yang dilakukan subjek penelitian, sehingga mampu melakukan transformasi kepribadian? Masalah keempat ini bertujuan untuk menelisik lebih dalam mengenai upaya atau cara yang ditempuh subjek penelitian pada perjalanan taubatnya dengan melakukan transformasi kepribadian.

D.    Pembatasan Masalah
Agar penelitian mengenai masalah tersebut berjalan terarah, maka peneliti mengadakan pembatasan terhadap permasalahan di atas, yakni: (a) objek masalah yang dibahas adalah perubahan status sosial dan taubat sebagai media transformasi kepribadian yang dialami Yono Menyan (subjek penelitian); (b) lokasi penelitian dilakukan di Kota Semarang (sebagai locus perjalanan hidup subjek penelitian); dan (c) perspektif pendekatan dalam usulan penelitian ini hanya menggunakan 2 (dua) sudut pandang, antara tasawuf dan psikologi atau perkawinan antar keduanya (Psikoterapi Islam).

E.     Signifikansi Penelitian
Usulan penelitian ini mempunyai signifikansi keilmuan (secara metodologis) dan praktis. Signifikansi keilmuan dalam usulan penelitian ini lebih berfokus pada analisa induktif dalam menggali fenomena yang ada dalam masyarakat, sehingga mempunyai manfaat ilmiah. Dalam studi tasawuf, usulan penelitian ini sangat bermanfaat dalam memberi masukan keilmuan tasawuf dalam menggali realitas pelaksanaan ritual dan institusi agama, khususnya institusi taubat dan efek positifnya dalam kehidupan keberagamaan masyarakat. Sedangkan dari sisi psikologi, diharapkan akan sangat bermanfaat dalam menjelaskan fenomena transformasi kepribadian yang terjadi di masyarakat.
Dalam tataran praktis, penelitian tentang hal tersebut diharapkan dapat berguna sebagai bahan renungan bagi masyarakat untuk senantiasa menjadikan agama sebagai pedoman hidupnya dan menjadikan institusi taubat sebagai media transformasi kepribadian yang diberikan oleh Allah menuju ke arah yang positif.

F.     Kajian Riset Sebelumnya
Dari hasil penelusuran data sekunder yang dilakukan pengusul, ditemukan beberapa penelitian maupun tulisan yang mengulas secara parsial tentang masalah atau topik dalam usulan penelitian ini, meski masih terlihat jelas perbedaannya. Penelitian atau tulisan tersebut -- berikut perbedaannya dengan usulan ini --, antara lain:
1.      Muhammad Sholeh Hoddin (2001), Thesis, IAIN Sunan Ampel Surabaya, tentang Implikasi Taubat terhadap Pembentukan Kepribadian Muslim. Thesis ini menggunakan metode kuantitatif, dengan mengukur signifikansi taubat dalam pembentukan kepribadian muslim. Dibanding thesis di atas, usulan penelitian ini menggunakan metode, perspektif penelitian dan objek kajian yang sangat berbeda. Usulan penelitian yang menggagas Taubat Kiai Mantan Preman ini menggunakan metode kualitatif dengan menggunakan 2 (dua) perspektif keilmuan yakni tasawuf dan psikologi. Sedangkan objek kajiannya pun lebih spesifik dan personal, yakni mengungkap perjalanan religius Yono Menyan dalam bertaubat dan melakukan transformasi kepribadian. Objek kajian ini tidak dibahas dalam thesisnya.
2.      Robert J. Maiden, Steven A. Peterson, Myrah Caya and Bert Jr. Hayslip (2003), dalam Journal of Adult Development, Volume 10, Number 1, 31-39, yang berjudul Personality Changes in the Old–Old: A Longitudinal Study. Tulisan ini membahas tentang perubahan kepribadian di usia tua (usia 74-80 tahun). Penelitian dalam tulisan ini mengungkapkan bahwa pada usia tersebut terjadi beberapa perubahan kepribadian, yakni dalam hal neuroticism (gangguan emosi) dan extroversion (kepedulian pada penampilan lahiriah). Meskipun sama-sama fokus dalam hal perubahan kepribadian, usulan penelitian ini bermaksud meneliti perubahan kepribadian pada sosok Yono Menyan (42 tahun) yang menjadi subjek penelitian dari sudut pandang psikologi Islam.

G.    Kerangka Teori
Fenomena-fenomena tentang kepribadian, seperti taubat dan transformasi kepribadian, dapat dilihat dari berbagai sudut pandang keilmuan, di antaranya adalah tasawuf dan psikologi. Dalam perkembangan selanjutnya kedua disiplin ilmu tersebut melakukan “kawin campur” sehingga menghasilkan pendekatan-pendekatan baru, di antaranya adalah psikoterapi Islam.
Penggunaan konsep psikoterapi Islam sebagai kerangka konseptual usulan penelitian ini didasarkan pada: (1) institusi taubat berasal dari ajaran Islam; dan (2) konsep psikoterapi Islam lebih memandang manusia sebagai objek keilmuannya secara lebih utuh (holistik).[11] Keberhasilan taubat sebagai metode dasar psikoterapi Islam ini sangat tergantung pada 3 (tiga) hal yang menjadi elemen dasar, yakni kesungguhan klien (dan keluarga); keilmuan yang memadai dari terapis; dan keridloan Allah (Tuhan).[12] Keberadaan tiga elemen dasar ini diduga dimiliki oleh subjek penelitian dalam proses taubat dan transformasi kepribadiannya. Untuk itu pendekatan konsep dan teori yang digunakan dalam penelitian ini bertumpu pada pendekatan-pendekatan psikoterapi Islam dengan menitikberatkan pada pendekatan ilmu tasawuf dan menjadikan pendekatan dari sisi ilmu psikologi sebagai pendukungnya.
Sedangkan dari sisi teoritisnya, usulan penelitian ini menggunakan teori taubat yang dikemukakan al-Ghazali. Teori taubat al-Ghazali dibangun dari 3 (tiga) bangunan unsur yang saling berkaitan, antara: (a) ilmu (pengetahuan); (b) hal (kondisi hati); dan (c) amal (tindakan). Pengetahuan berkaitan erat dengan kesadaran dan penyesalan. Seorang Salik (pelaku suluk) dalam bertaubat, mempunyai kesadaran akan besarnya bahaya perbuatan dosa bahwa dosa tersebut menghalangi bahkan menyakiti hatinya.[13] Jika ia (salik) merasa kehilangan (cinta) yang diakibatkan karena perbuatannya, maka ia akan menyesal. Sehingga timbul keinginan atau kehendak untuk melakukan sesuatu untuk meninggalkan dosa dan melakukan perbaikan (diri).[14] Selanjutnya al-Ghazali mengungkapkan pengetahuan tentang dosa, berikut cara taubat dan resep pengobatan penyakit hati (psikoterapi).
Konsep dan teori taubat yang dikemukakan al-Ghazali di atas, menurut hemat penulis terdapat kecocokan dengan proses taubat yang dilakukan subjek penelitian yang berorientasikan pada perbaikan sifat diri (trait). Oleh karena itu teori taubat al-Ghazali ini dipandang cocok untuk menggambarkan proses taubat yang dilakukan subjek penelitian, mengingat ajaran tasawuf al-Ghazali (termasuk taubat) juga menjadi rujukan dalam dunia tarekat dan jalan tarekat inilah yang dipilih subjek penelitian dalam melakukan transformasi kepribadian.
Sedangkan dari sisi psikologi, penelitian ini menggunakan teori social learning Bandura yang menekankan pada observational learning (proses belajar melalui pengamatan) dalam proses pembelajaran pribadi. Penggunaan teori Bandura tersebut berfungsi untuk menjelaskan proses social learning yang dilakukan subjek penelitian ketika terjun ke dunia preman.

H.    Metode Penelitian
Usulan penelitian ini mengunakan metode pendekatan kualitatif atau naturalistik[15], dengan pendekatan yang induktif-fenomenologis. Pemilihan metode dan pendekatan ini bertujuan untuk menjelaskan dan menganalisis fenomena taubat sebagai media transformasi kepribadian, sebagaimana yang dialami subjek penelitian. Dengan menggunakan perspektif fenomenologis[16], dapat ditemukan bahwa fenomena transformasi status sosial dan kepribadian dalam institusi taubat sebagai medianya sebagai fenomena yang merupakan realitas sebagaimana apa adanya. Edmund Husserl sebagai pencetus filsafat fenomenologi, berpendapat bahwa "fenomena” itu sendiri adalah realitas itu sendiri yang tampak tidak diselubungi oleh sekat apa pun”. Realitas sosial yang dimaksud di sini adalah mencakup hal-hal yang tampak secara kasat mata maupun yang tidak tampak dan hanya dapat dipahami melalui sebuah kesadaran yang total.
Dalam usaha memperoleh data, penelitian ini menggunakan pengamatan terlibat (participation observation) dan wawancara mendalam (indepth interview), sehingga penelitian ini lebih menekankan pada perolehan data primer (data lapangan) sebagai data utama penelitian ini dari pada perolehan data sekunder (data literatur). Observasi dilakukan dengan cara mengamati kegiatan-kegiatan maupun perilaku Yono Menyan (sebagai narasumber utama), keluarga, tetangga, mantan teman-teman premannya, pengikutnya, dan lain sebagainya (narasumber pendukung). Sedangkan wawancara dilakukan dengan mewawancarai secara mendalam (indepth interview) kepada narasumber di atas mengenai sifat, perilaku dan kegiatan subjek penelitian, baik sebelum proses taubat, proses taubat dan capaian taubatnya, sehingga diharapkan mampu menggambarkan proses transformasi kepribadiannya. Mengingat aktivitas dan masa lalu narasumber utama dilakukan di Semarang, maka pengusul menetapkannya sebagai lokasi penelitian (locus).
Untuk menjaga objektivitas data dan realitas fakta dalam penelitian ini peneliti memakai analisa deskriptif dengan mengemukakan fakta yang ditemukan di lapangan dengan tidak terlalu memberikan interpretasi dan intervensi lebih jauh. Sedangkan untuk menguji validitas data maka menurut Denzin dalam Sudarman Danim (2002) digunakan teknik trilagulasi baik metode, sumber data, teori, dan peneliti.[17] Tujuannya adalah untuk mengecek kebenaran data tertentu dengan membandingkannya dengan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan. Dalam penelitian terhadap permasalahan di atas, maka peneliti mengunakan triangulasi metode pengumpulan dan sumber data yang diperoleh dari subjek penelitian sampai data jenuh.

I.       Sumber Bacaan/Referensi
Al-Ghazali, The Secret of Taubat, (diambil dari Kitab Taubat dalam Ihya’ Ulum al-Din), Khatulistiwa Press, Jakarta, 2008.
Anshori, Fuad, Agenda Psikologi Islami, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2002.
Adz-Dzaky, M. Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode Sufistik, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2002.
Bertens, K., Filasafat Barat Inggris-Jerman, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002.
Daradjat, Zakiah, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, Jakarta, 1985.
Fuad, Iwan Z., dkk, Persepsi dan Ketaatan Umat Islam Terhadap Kyai/Ulama, dalam Jurnal Penelitian STAIN Pekalongan, volume 7 Nomor 1 Tahun 2010.
Hawari, Dadang, Al-Qur’an Ilmu Kedokteran Jiwa dan Kesehatan Jiwa, PT. Dana Bhakti Prima Yasa, Yogyakarta, 1997.
Hurlock, Elizabeth B., Personality Development, McGraw-Hill Education, New Delhi, 1977.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Jakarta, 2008.
Kartono, Kartini, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dan kesehatan Mental dalam Islam, Bandar Maju, Bandung, 1989.
Maiden, Robert J., Peterson, Steven A., Caya, Myrah and Hayslip, Bert Jr., Personality Changes in the Old–Old: A Longitudinal Study dalam Journal of Adult Development, Volume 10, Number 1, 31-39, January 2003.
Nasution, S., Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung, 1996.
Shohib, Muhammad, Taubat sebagai Metode Dasar Psikoterapi Islami pada Temu Ilmiah Psikologi Islami di Bandung Tahun 2009.
Unafei, Summary Report, Resource Material Series, No. 7 (1974).
Zimbardo, Philip G., Psychology and Life, Scott, Foresman and Company, Illinois, 1977.

J.      Estimasi Anggaran

  Penelitian ini diperkirakan akan membutuhkan biaya sebesar Rp. 18.700.000,- (delapan belas juta tujuh ratus ribu rupiah), dengan rincian sebagai berikut:
No.
Item Pengeluaran
f
@ Rp.
Jumlah Pengeluaran
1.     
Gaji 3 orang peneliti selama empat bulan, dengan asumsi @ Rp. 1.000.000,- = Rp. 4.000.000,- x 3
4
4,000,000
Rp.
12,000,000.00
2.     
Akomodasi dan Transport Penelitian (peneliti) di lapangan


Rp.
250,000.00
3.     
Stationary dan Alat-alat Penelitian:





a.   Alat Perekam sebagai instrumen wawacara dengan responden penelitian dan keperluan transkripsi hasil wawancara penelitian                                                      
1
100,000
Rp.
100,000.00

b.  Tinta Tonner Printer HP Laserjet sebanyak 1 kali isi @ Rp 150000 untuk mencetak penulisan hasil laporan penelitian
1
150,000
Rp.
150,000.00
4.     
Fotokopi dan penjilidan proposal Penelitian


Rp.
300,000.00
5.     
Foto kopi dan penjilidan laporan hasil penelitian


Rp.
500,000.00
6.     
Buku-buku rujukan untuk penelitian


Rp.
1,000,000.00
7.     
Jasa Pengetikan Laporan Hasil Penelitian


Rp.
500,000.00
Total Estimasi Anggaran
Rp.
14,800,000.00

Terbilang : Empat belas juta delapan ratus ribu rupiah.

K.    JADWAL KEGIATAN PENELITIAN
Schedulling Penelitian
Taubat Kiai mantan preman
Tahun 2011

 NO 
KEGIATAN
Maret
April
Mei
Juni
Juli
Agustus
September
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
Minggu ke
A.    Persiapan
1.
Penyusunan Proposal
1-2






2.
Seminar Proposal dan Revisi Proposal
3- 5






3.
Penandatangan kontrak bantuan penelitian

1





B.     Pelaksanaan Penelitian
4.
Pengumpulan data dan bahan-bahan berupa sumber pendukung

1 - 2





5.
Penelaahan dan Proses Pengkajian data dan Sumber data yang Sudah terkumpul

3-5





6.
Seleksi Sumber, Pengolahan dan Pengorganisasiaan data dilanjutkan dengan analisis dan interpretasi data


1 - 2




7.
Penyelesaian, analisis dan Interpretasi


 3, 4, 5




8.
Penelitian hasil penelitian



1-4



C.    Monitoring-Evaluasi (Monev) dan Progress Report
9.
Penyusunan Progress Report



1 - 2



10.
Audiensi Progress Report / Monev



2-3



11.
Pembenahan Laporan Sementara



4-5
1-5


12.
Penyerahan laporan penelitian sementara





1

D.    Pasca Riset
13.
Seminar Hasil Penelitian






2
14.
Revisi hasil penelitian dan Pelaporan akhir hasil penelitian






3-4
15.
Publikasi hasil penelitian













 DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI

I.          Nama                            : Iwan Zaenul fuad, SH.
NIP                               : 197706072006041003
Tempat Tanggal Lahir  : Semarang, 7 Juni 1977
Jabatan Fungsional       : Asisten Ahli
Bidang Keahlian           : Hukum, Ilmu Hukum dan Ilmu Sosial
Alamat                          : Jl. Baterman Besar No. 40 Semarang
Phone                            : (024) 3516836
Mobile                          : 081-3290908480
E-Mai                            : fuadfile@yahoo.com
Riwayat Pendidikan     : S1 Fakultas Hukum Universitas Diponegoro Semarang, lulus tahun 2002
Jabatan Penelitian         : Ketua Tim Peneliti
Pengalaman Penelitian  :
a.      Mencari Format Hukum Pidana Islam berdasarkan Asas Maslahah (Skripsi).
b.      Kesadaran Hukum Pengusaha Kecil di Bidang Pangan dalam Kemasan di Kota Semarang terhadap Regulasi Sertifikasi Halal (Thesis).
c.       Persepsi dan Ketaatan Umat Islam terhadap Kiai /Ulama (Penelitian Kompetitif STAIN Pekalongan, 2009 dalam Jurnal Penelitian STAIN Pekalongan, volume 7 Nomor 1 Tahun 2010)
d.      Kriminalisasi Sosiologis Nikah siri: Eksaminasi Sistem Pembangunan Hukum Partisipatoris dalam Kriminalisasi Perkawinan Bawah Tangan dalam RUU Hukum Peradilan Agama Bidang Perkawinan (Ruu Hpabp) (Penelitian Kompetitif STAIN Pekalongan, 2010)

II.       Nama                            : Lia Aliyah, M.Ag.
NIP                               :
Tempat Tanggal Lahir  :
Jabatan Fungsional       : Asisten Ahli
Bidang Keahlian           :
Alamat                          :
Phone                            :
Mobile                          :
E-Mai                            :
Riwayat Pendidikan     : S1
                                       S2
Jabatan Penelitian         : Anggota Tim Peneliti
Pengalaman Penelitian  :

III.    Nama                            : Ali Amin Isfandiar, SAg. M.Si.
NIP                               :
Tempat Tanggal Lahir  :
Jabatan Fungsional       : Asisten Ahli
Bidang Keahlian           :
Alamat                          :
Phone                            :
Mobile                          :
E-Mai                            :
Riwayat Pendidikan     : S1
                                       S2
Jabatan Penelitian         : Anggota Tim Peneliti
Pengalaman Penelitian  :






Proposal Penelitian Kompetitif Kolektif 2011


taubat Kiai mantan preman:
Transformasi Kepribadian Yono Menyan dari Semarang ditinjau dari Psikoterapi Islam





Oleh :
Iwan Zaenul Fuad, SH., MH.
Lia Aliyah, M.Ag.
Ali Amin Isfandiar, M.Ag.







Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)
STAIN Pekalongan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Pekalongan
2011

Yellow3

Proposal Penelitian Kompetitif Kolektif 2011


taubat Kiai mantan preman:
Transformasi Kepribadian Yono Menyan dari Semarang ditinjau dari Psikoterapi Islam



Oleh :
Iwan Zaenul Fuad, SH., MH.
Lia Aliyah, M.Ag.
Abdul Aziz, M.Ag.







Pusat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (P3M)
STAIN Pekalongan Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN)
Pekalongan
2011

Pink1
 



[1] Taubat adalah maqam awal yang harus dilalui oleh seorang salik (pelaku suluk/thariqat). Sebelum mencapai maqam ini seorang salik  tidak akan bisa mencapai maqam-maqam lainnya. Karena sebuah tujuan akhir tidak akan dapat dicapai tanpa adanya langkah awal atau pintu masuk yang benar. (lihat di http://teosufi.blogspot.com/2010/04/maqam-taubat_24.html).
[2] “Yono Menyan” merupakan nama julukan yang diberikan oleh komunitas premannya. Julukan ini diberikan karena ia dianggap mempunyai kelebihan dalam hal menaklukkan hati kaum hawa. Sedangkan nama aslinya adalah Suyono.
[3] Wawancara awal yang dilakukan pengusul terhadap subjek penelitian pada tanggal 13 Pebruari – hingga 6 Maret 2011 dan 3 April 2011.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] Lihat KBBI, Pusat Bahasa, Edisi Keempat, Jakarta, 2008, hal 967.
[7] ibid, hal 486.
[8] Lihat Fuad, IZ., dkk, Persepsi dan Ketaatan Umat Islam Terhadap Kyai/Ulama, dalam Jurnal Penelitian STAIN Pekalongan, volume 7 Nomor 1 Tahun 2010, halaman 6 dan 7.
[9] Keterangan mengenai syarat taubat tersebut terdapat pada pelaporan hasil akhir penelitian Fuad, IZ., dkk, Op. Cit., Tahun Anggaran 2009, halaman 28.
[10] Ketidakmapanan subjek penelitian terlihat dari kesulitannya dalam memenuhi kebutuhan sandang, pangan dan papan. Indikasinya adalah ia dan keluarganya tinggal di rumah kontrakan sederhana, menyidikitkan frekuensi makan (sering puasa), kesulitan membiayai biaya sekolah anaknya, hingga ketidakmampuannya memberi nafkah kepada keluarganya. Namun kesulitan hidupnya tersebut tidak menghalanginya untuk memberikan bantuan kepada orang lain, baik terhadap jamaahnya atau siapapun.
[11] Adz-Dzaky mengumukakan 4 (empat) elemen yang ada pada diri manusia, yakni: mental, spiritual, moral dan fisik. Dalam psikoterapi Islam/i pendekatan spiritual terasa lebih kental, yakni dengan mengedepankan keimanan dan kedekatan diri pada Tuhan. Selanjutnya dapat dilihat di M. Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam: Penerapan Metode Sufistik, Fajar Pustaka Baru, Yogyakarta, 2002, hal 23.
[12] Muhammad Shohib, Op. Cit., hal. 1.
[13] Ghazali berpendapat demikian karena fitrah hati manusia adalah cinta. (lihat Ghazali, The Secret of Taubat, yang diambil dari Kitab Taubat dalam Ihya’ Ulum al-Din), terjemahan, Khatulistiwa Press, hal 8.
[14] Ibid, hal 9-10.
[15] Nasution, S., 1996, Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif, Tarsito, Bandung, hal. 12.
[16] Fenomenologi adalah ilmu Pengetahuan yang mempelajari apa yang tampak dan atau yang menampakkan diri. (Lihat Edmund Husserl dan Fenomenologi, dalam K. Bertens, Filasafat Barat Inggris-Jerman, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002, hal. 110).
[17] Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Pustaka Setia, Bandung, 2002, hal 196-197.

1 comments:

  1. Assalamualikum.
    Saya Dian, dari salah satu stasiun televisi swasta, dan saya sedang meriset orang-orang yang melakukan hijrah kehidupan dijalan Allah.
    Rencananya ini adalah program untuk Ramadhan.

    Saya tertarik dengan "hijrah kehidupan" dari Bapak Yono Menyan ini.
    Apakah ada contact Bapak Yono Menyan yang bisa saya hubungi?
    Terimakasih..

    BalasHapus